PEMBELAJARAN INOVATIF MENULIS PUISI DENGAN MODEL TTW (THINK, TALK, WRITE) MENUMBUHKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA

Penulis: Retno Lestari, S.Pd

Guru merupakan tonggak dalam pendidikan sehingga dibutuhkan kompetensi pendidik. Pengembangan kompetensi pendidik harus ditingkatkan, apalagi dengan adanya kurikulum Merdeka. Dalam Kurikulum ini, guru memiliki keleluasaan untuk memilih berbagai perangkat ajar, sehingga pembelajaran dapat disesuaikan dengan kebutuhan belajar dan minat peserta didik. Kurikulum Merdeka menggunakan basis projek untuk menguatkan pencapaian profil pelajar Pancasila. Projek ini dikembangkan berdasarkan tema tertentu yang ditetapkan oleh pemerintah. Projek tidak diarahkan untuk mencapai target capaian pembelajaran tertentu, sehingga tidak terikat pada konten mata pelajaran. Selain itu, pembelajaran harus dipusatkan kepada peserta didik berdasarkan bakat dan minat. Sebagai penunjang hal tersebut, maka perlu adanya  penggunaan model pembelajaran yang inovatif agar dapat mewujudkan pembelajaran yang lebih menyenangkan sehingga tidak monoton dan membosankan. 

Selama ini pembelajaran Bahasa Indonesia dengan materi menulis puisi yang dikontruksi dari cerpen masih bersifat monoton karena karya puisi yang dihasilkan oleh peserta didik masih bersifat seragam padahal kegiatan yang dilaksanakan adalah bersifat individu. Hal ini terjadi karena baik guru dan peserta didik hanya berpedoman pada buku pegangan siswa. Banyak guru yang masih kekurangan sumber belajar. Mereka menganggap referensi hanya sedikit karena kurikulum merdeka masih baru. Padahal, sumber belajar, materi ajar, asesmen dan lain-lain bisa dikembangkan sendiri. Hal inilah yang menjadikan saya untuk mengenalkan metode pembelajaran yang berbeda agar dapat dijadikan sebuah inspirasi bagi rekan-rekan sejawat. Masih banyak peserta didik yang kesulitan mengembangkan gagasan dan idenya karena terbiasa meniru temannya dan terpacu pada buku bacaan sebagai contohnya. Kegiatan ini bisa terlaksana dengan baik manakala terjadi kolaborasi antara peserta didik dan guru. Oleh karena itu, saya mencoba menerapkan pembelajaran Bahasa Indonesia dengan topik Menulis Puisi dapat menggunakan model pembelajaran yang inovatif, yaitu TTW (Think, Talk, Write).

Menurut Ansari dan Martinis (2012), strategi Think Talk Write (TTW) adalah strategi belajar yang melibatkan 3 sampai 5 peserta didik, dalam kelompok ini peserta didik diminta membaca dan membagi ide bersama teman kemudian mengungkapkannya melalui tulisan. Langkah-langkah yang dilakukan dalam pelaksanaan strategi pembelajaran Think, Talk, Write (TTW) adalah sebagai berikut:

  1. Pendidik membagi teks bacaan berupa lembar aktivitas peserta didik yang memuat situasi masalah dan petunjuk serta prosedur pelaksanaannya.
  2. Peserta didik membaca teks dan membuat catatan dari hasil bacaan secara individual untuk dibawa ke forum diskusi (think).
  3. Peserta didik berinteraksi dan berkolaborasi dengan teman untuk membahas isi catatan (talk). Pendidik berperan sebagai mediator lingkungan belajar.
  4. Peserta didik mengonstruksi sendiri pengetahuan sebagai hasil kolaborasi (write).

Jadi, berdasarkan Langkah-langkah di atas, dalam pembelajaran Bahasa Indonesia topik Menulis Puisi dengan metode TTW (Think, Talk, Write), yaitu: pertama,  guru menyiapkan materi menulis puisi dan menjelaskannya kepada peserta didik. Kedua, guru membagikan LKPD berupa cerpen yang akan diubah menjadi puisi pada setiap individu dan mulai membuat catatan-catatan. Ketiga, guru membagi kelompok 3-4 anggota kelompok berdasarkan judul cerpen yang sama yang didapat oleh masing-masing anak. Keempat, peserta didik mulai berdiskusi untuk mengubah cerpen menjadi puisi. Kelima, peserta didik mulai menyusun puisi. Keenam, beberapa siswa mempresentasikan di depan kelas.

Dampak aksi yang saya lakukan adalah peserta  didik mendapatkan karya yang orisinal dan berasal dari kreatifitas masing-masing. Meskipun, masih ada beberapa peserta didik yang tidak mencapai tujuan pembelajaran, namun model inovatif ini mampu membangkitkan antusias peserta didik. Langkah-langkah yang dilakukan sebagai tindak lanjut bagi peserta didik yang tidak mencapai tujuan pembelajaran adalah memberikan pendampingan khusus. Hasil kegiatan tersebut sangat efektif karena mudah dilakukan dan peserta didik justru mendapat kebebasan dalam berimajinasi. Yang menjadi faktor keberhasilan dari strategi tersebut adalah antusias dan kerjasama peserta didik dan dukungan dari sekolah yang akan memberikan fasilitas atau tempat bagi karya yang dibuat oleh peserta didik. Pembelajaran dari keseluruhan proses tersebut adalah dengan menggunakan metode pembelajaran yang tepat, maka hasil yang diperoleh akan lebih maksimal

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *